SEJARAH MASUKNYA INJIL DI FILIPINA
A. LATAR BELAKANG POLITIK
Pada awalnya pengkabaran Injil Kristen Protestan di Negara Filipina sangat terlarang oleh karena penyebaran Misi Katolik Roma, melalui penjajahan Negara Spanyol. Pada tahun 1898 bangsa Spanyol di usir oleh orang-orang Amerika dan pemerintahan mereka berakhir sampai disitu. Setelah Negara Flipina bebas dari tangan penjajah, pekabaran Injil Kristen disana mulai berkembang, sehingga jumalah anggotanya mencapai satu juta jiwa (2-3 % penduduk yang ada).[1] Negera Filipina diproklamasikan pada tanggal 4 juli 1946, tetapi Filipina tetap terikat pada Amerika Serikat dan menerima bantuan keuangan dari Amerika sebagai balasan perjanjian perdagangan. Pangkalan militer Amerika di Filipina mendukung pemerintahan Filipina sebagai satu unsur penting dalam strategi Amerika melawan Komunisme[2]. Tetapi banyak orang Filipina yang tidak senang atas kehadiran pangkalan militer tersebut, karena sangat menentang nasionalisme Filipina. Dari satu segi baik urbanisasi maupun perkembangan pendidikan dan media massa menimbulkan kebudayaan yang berorientasi kepada Amerika sebagai lapisan atas kebudayaan Spanyol. Sementara itu kesadaran akan kepribadian Filipina semakin berkembang, sedangkan dibagian selatan Agama Islam sudah bangkit kembali.
Kehancuran pada masa perang membuat keadaan ekonomi di Filipina semakin buruk, sehingga ketegangan antara kaum petani penyewa yang sangat miskin dengan pemilik tanah yang kaya semakin meningkat. Kaum Hukbalahap, gerilyawan komunis yang pernah berperang melawan tentara Jepang di Luzon, memimpin pemberontakan menuntun perbaikan radikal dalam sistim pemilikan tanah. Pemberontakan tersebut dipadamkan oleh Ramon Magsaysay sekertaris pertahanan. Pada tahun 1953 Magsaysay dipilih menjadi presiden dan menggabungkan tindakan militer yang keras dengan tawaran pengampunan kepada mereka yang menyerah dan juga menjanjikan program transmigrasi untuk kaum petani penyewa dan pada tahun 1957, ia meninggal dunia. Pada tahun 1965-1986, Ferdinand Marcos menjabat sebagai Presiden Filipina dan mengganti siste demokrasi dengan “otoriterisme berdasarka Undang-undang dasar”. Pada tahun 1972, ia menetapkan keadaan perang (Hukum Militer). Pada saat itu ribuan orang ditangkap dan media massa di batasi, sedangkan angkatan bersenjata di perkuat. Pada masa pemerintahan Marcos, Filipina mengalami perkembangan ekonomi yang luar biasa dengan perkembangan kepariwisataan dan perusahaan multinasional. Pada saat itu, pertumbuhan penduduk sangat cepat, dari jumlah 19 juta pada tahun 1948 menjadi 27 juta pada tahun 1960 dan pada tahun 1970 menjadi 37 juta penduduk, sehingga memperburuk keadaan masyarakait miskin. Ekonimo Filipina semakin bergantung pada investasi luar negeri dan ditambah dengan kekrisisasn produksi dan harga minyak, sehingga pada akhir tahun 1980 negara Filipina utangnya sangat besar. Keluarga Marco dituduh oleh orang banyak, bahwa mereka memperoleh kekayaan dengan mengorbankan masyarakat dan Negara.
Pada tahun 1986, Amerika mendesak Filipina untuk menyelenggarakan pemulihan umum dan pada saat itu Marco menyatakan diri sebagai pemenang, tetapi pihak oposisi menolaknya. Gerakan “kekuasaan Rakyat Filipina” dibawah pimpinan dua orang panglima, yang didkung oleh Gereja Katolik Roma mengangkat Corazon Aquino sebagai Presiden. Pada masa pemerintahan Aquino, ia mengalami berbagai macam masalah ekonomi yaitu : utang Negara, kemiskinan, pengangguran, kurupsi, serta perbedaan yang semakin tajam antara orang kaya dan orang miskin. Pada saat itu sering terjadi pemberontakan dari perwira militer mencoba merebut kekuasaan melalui kudeta yang gagal. Gerilyawan Komunis (Maois) bergerak didesa-desa, sedangkan daerah selatan golongan Islam memperjuangkan kemerdekaan dari Negara Filipina. Pada tahun 1992 Ramos mengantikan Aquino dan masalah-masalh Filipina belum terselesaikan.
B. MISI GEREJA KATOLIK ROMA
Pada awalanya Negara Filipina dikristenkan oleh Spanyol dengan membawa Misi Katolik Roma. Tetapi sebelumnya Negara Filipina menganut agama Animisme[3], sehingga gereja katolik Roma memudahkan bagi mereka untuk mennyebarkan injil sesuai dengan ajaran mereka. Pada abad ke-16 penduduk Filipina tinggal terpencar-pencar didaerah pedesasaan dengan diikat oleh pertalian keluarga. Pada saat itu juga, daerah utara Filipina masih belum ada pusat pemerintahan sedangkan didaerah selatan agama Islam sudah menyebar sejak abad ke-15, sehingga telah berdiri kesultaan Islam. Tetapi pada abad ke-16 ini, pengaruh agama Islam di bagian utara Negara Filipina masih belum kuat.
Pada tahun 1521, seorang Portugis yang bernama Mogellan (Magelhaes) yang diutus oleh Negara Spanyol untuk mencari jalan melalui laut Maluku untuk kenegara Filipina. Pada saat itu juga, ia berhasil sehingga ia disambut baik oleh raja Humabon di pulau Cebu dan pelayanannya mengahasilkan sejumlah warga istana di baptis. Tetapi tidak lama setelah itu, ia tewas dalam pertempuran Humabon dengan raja tetangga. Pada tahun 1542 ekspedisi dipimpin oleh Villalobos dan pada tahun 1565, dengan kedatang Miguel Lopez de Legapsi sebagai Gubernur Filipina, pada saat itu penjajahan bangsa Spanyol kepada bangsa Filipina dimulai. Dengan kepandaian berdiplomasi yang ditambah dengan sedikit kekerasan senjata, Spanyol menguasai seluruh daratan rendah dibagian utara Filipina. Tetapi daerah penggunungan pendalaman agama Islam baik Midinao dan Sulu tidak sampai mereka kuasai.
Pekabaran injil merupakan motivasi utama bagi penjajahan Felipe II, seorang Katolik Roma saleh yang bersemangat memperjuangkan kekuasaan gereja Katolik Roma. Pada tahun 1577 Ordo Fransiskan masuk Filipina dan disusul oleh Ordo Dominikan pada tahun 1587, kemudian Serikat Yesus pada tahun 1595. Negara kesatuan Filipina dibagi beberapa wilayah misi, tiap wilayah dibawah ordo agar tidak saling bersaing. Menurut agama katolik Roma, perluasan iman Kristen sebagai kelanjutan dari perang salib, maka penginjilan Spanyol tidak segan dengan memakai kekerasan senjata dalam usaha mengkristenkan orang Filipina. Pada tahun 1586 dilaporkan ada 400.000 orang di baptis serentak dan dijadikan sebagai warga Negara Sanyol. Gereja pada saat itu semakin berkembang hingga pada tahun 1750 dengan mencapai sejuta orang. Sesudah tahun tersebut, kekristenan mengalami perlawanan dari suku-suku penggunungan di Luuzon dan umat Islam didaerah selatan.
Pada tahun 1581, Domingo De Lazaras diangkat menjadi uskup pertama di Manila, lalu pada tahun 1591, ia menjadi Uskup Agung. Setelah itu ia melarang perbudakan dikepulauan Filipina dan yang memeras upeti dari penduduk detempat dan ia menentang kebiasaan pengkabaran injil melalui kekerasa. Strategi yang dipakai oleh para penginjil Spanyol antara lain adalah dengan kebijakan reduccion (reduksi atau transmigrasi) dengan mengumpulkan orang-orang Filipina dari berbagai desa untuk menetap di kota, supaya mereka lebih gampang diperintahkan dan diajarkan iman Katolik. Reduksi ini ditentang oleh orang-orang Filipina, sehingga Spanyol memakai cara kekerasan. Pada tahun 1950 seorang Yesuit yang bernama Pedro Chirino yang telah belajar bahasa Tagalog, ia membuka sekolah di kota Taytay di Filipina. Kelas katekisasi diadakan setiap pagi sesudah kebaktian Misa, sama seperti metode Xaperius. Chirino mengajar anak-anak kemudian baru orang yang dewasa. Ia memakai nyanyian-nyanyian Tagalog sebagai sarana mengajar iman Katolik. Dan juga menyesuaikan diri sejauh mungkin dengan adat istiadat Tagalog.
Tetapi dengan tegas, ia menyuruh orang-orang yang menjadi Kristen untuk menghancurkan patung-patung dan perlengkapan kuasa-kuasa roh, supaya jelas pemisahan diri dengan kepercayaan lama. Chirino juga melaporkan banyak mujizat dan banyak orang disembuhkan melalui pelayanannya di Taytay. Perkembangan gereja di daerah utara mengalami gerekan massal, sehingga hampir seluruh penduduk menjadi kristen Katolik. Tetapi kepercayaan animistis dan penyembahan berhala dipertahankan di samping ritual Katolik dan ajaran gereja. Kekurangan Pastor disana mengakibatkan kekurangan penggembalaan serta pengajaran yang mendalam. Tetapi disamping itu yang perlu diketahui, misi Protestan dengan misi katolik sangat berbeda, dimana misi protestan selalu menerjemahkan Alkitab supaya jemaat atau masyarakat yang telah menerima injil mengerti dan memahami Firman Tuhan sesuai dengan bahasa mereka masing-masing.
C. PEKABARAN INJIL PROTESTAN DI FILIPINA
Setelah peranng dunia II pekabaran injil dari berbagai badan Misi berbondon-bondong masuk ke Filipina. Pada tahun 1948 utusan Baptis masuk ke Filipina dan pada tahun 1954 mereka sampai ke Luzon. Pada tahun 1968, Gereja Baptis konservatif sudah mencapai 1.010 orang jemaatnya dengan 17 gereja dan 9 Pos PI. Pada tahun 1926 sebelum masuknya Gereja Baptis, Gereja sidang jemaat Allah pernah masuk kesana, tetapi pada tahun 1953 baru mengalami pertumbuhan akibat penyembuhan seorang tahanan yang bernama Clarita Villanueva, berumur 17 tahun. Selama di perjara Clarita mengalami peristiwa yang agak ganjil, dimana ia dipukuli oleh setan-setan. Peristiwa itu dilaporkan kepada pendeta Lester Sumrall, dan melalui kuasa doanya ia berhasil mengusir setan-setan tersebut. Berita tentang pengusiran setan disiarkan oleh Pers, sehingga menarik perhatian masyarakat. Akibat pengusiran setan tersebut Dewan kota Manila member izin untuk membangun “Bait Bethel” yang kemudian disebut “Gereja Yesus adalah Jawaban”. Pada tahun 1958 awal, Sidang Jemaat Allah dilaporkan berjumlah lebih dari 12.000 orang; pada tahun 1968 awal, Gereja tersebut mencapai jumlah 26.000; dan pada tahun itu juga jumlah mereka bertambah besar dengan mencapai 60.000 oranng. Dan bukan hanya gereja-gereja ini saja yang berkembang disana, masih ada gereja lain seperti Gereja Metodis, Gereja Presbiterian, Gereja Kongresional dll.
Gereja-gereja Protestan berkembang secara drasmatis pada tahun 1970-an. Salah satu faktor pendukung adalah pekabaran injil secara agresif dalam konteks zaman yang diwarnai perubahan-perubahan terus-menerus dan ketidak tentuan. Gerekan pertumbuhan gereja (Chruch Growth Movement) dari Amerika yang berasal dari Gereja Metodis Injili, mempengaruhi tokoh-tokoh Evangelikal melalui beberapa lokarya pada tahun 1960-1970. Semangat Misi dikembangkan melalui berbagai koferensi pekabaran injil di tingkat daerah, nasional dan internasional. Pada tahun 1970 kongres pekabaran injil memulai gerakan Yesus jalan yang satu-satunya (Christ The Only Way), yang menggerakan ribuan orang Kristen dari berbagai gereja agar mengadakan kelompok penelaan Alkitab dengan tujuan mengabarkan injil.[4]
D. KESIMPULAN
Pada penulisan makalah ini, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa perkembangan gereja di Filipina sangat sukses. Walaupun masih ada penganut lain seperti Agama Islam, tetapi jumlah Agama Kristen lebih besar lagi dari pada penganut lain tersebut. Kalau kita lihat pada materi sebelumnya, yang mengawali Misi pekabaran injil disana adalah Gereja Katolik Roma. tetapi dari tahap demi tahap pada akhirnya Misi Protestan bisa masuk dan berkembang disana, sehingga semangat pekabaran injil pada saat itu berkobar-kobar. Dan pada akhirnya Negara Filipina menganut berbagai macam aliran gereja baik dari Protestan maupun dari Katolik.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Th. Van den End, Harta Dalam Benjana, BPK Gunung Mulia. Jakarta 2003
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 1991
Dr. Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. BPK Gunung Mulia. Jakarta 2003
Dr. H. Berkhof & Dr. I. H. Enklaar. Sejarah Gereja. Bpk Gunung Mulia 1999
[2] Menurut KBBI, Komunisme adalah : paham atau ideology (dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx dan Friedrich Engels, yang hendak menghapus hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang di kontrol oleh Negara. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 1991 : 517)
[3] Menurut KBBI Animisme adalah : kepercayaan kepada Roh-roh yang mendiami semua benda (pohon, batu, sungai, gunung dsb). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 1991 : 45).
[4] Dr. Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. BPK Gunung Mulia. Jakarta 2003: 369-375
Good..
BalasHapussangat membantu terima kasih
BalasHapus